TEORI MEKANIKA REKAYASA
METODE TAKABEYA
METODE TAKABEYA
Mekanika teknik atau dikenal juga
sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur merupakan bidang ilmu utama
yang dipelajari di ilmu teknik sipil. Pokok utama dari ilmu tersebut adalah
mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang bekerja padanya. Perilaku
struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan gaya-gaya (gaya reaksi dan gaya
internal).
Dalam mempelajari perilaku
struktur maka hal-hal yang banyak dibicarakan adalah:
- Stabilitas
- keseimbangan gaya
- kompatibilitas
antara deformasi dan jenis tumpuannnya elastisitas
Dengan mengetahui gaya-gaya dan
lendutan yang terjadi maka selanjutnya struktur tersebut dapat direncanakan
atau diproporsikan dimensinya berdasarkan material yang digunakan sehingga aman
dan nyaman (lendutannya tidak berlebihan) dalam menerima beban tersebut.
Dalam Analisa Perhitungan
Mekanika menggunakan Metode Takabeya.
2.2.2.1. Methode Takabeya
Pada Metode ini berlaku
anggapan-anggapan bahwa deformasi ( perubahan Bentuk) yang disebabkan oleh gaya
tekan. Gaya Tarik dan Gaya Geser dalam diabaikan.
Pada pertemuan antara kolom dengan balok dianggap kaku sempurna, maka
pada perpotongan antara batang-batang (balok dan Kolom) ini dipengaruhi oleh
perubahan yang sebanding dengan perputaran dan pergeseran sudut, dimana
momen-momen lentur dari ujung batang dinyatakan sebagai fungsi dari perputaran
dan penggeseran sudut relatif dari ujung batang yang satu terhadap ujung batang
yang lain.
2.2.2.1.1.
Penurunan Persamaan Dear
Pada dasarnya
didalam perhitungan konstruksi portal, perhitungan didasarkan atas
anggapan-anggapan bahwa :
-
Deformasi
yang diakibatkan oleh gaya tekan atau tarik dan gaya geser dalam diabaikan.
-
Hubungan
antara balok dan kolom adalah kaku sempurna.
Sesuai dengan anggapan tersebut, pada titik kumpul dimana balok dan kolom
berpotongan, batang-batang (balok dan Kolom) ini dipengaruhi oleh perubahan
yang sebanding dengan perputaran dan pergeseran sudut, dimana momen-momen
lentur dari ujung-ujung batang dinyatakan sebagai fungsi dari perputaran sudut
dan pergeseran sudut relatif dari satu ujung batang terhadap ujung batang yang
lain.
Sebagai contoh dapat dilihat persamaa seperti dibawah :
Dari Super-posisi tersebut dapat dituliskan :
Catatan : Perjanjian
tanda untuk momen-momen adalah ditinjau terhadap ujung batang, dinyatakan
positif bila arah searah dengan arah perputaran jarum dan sebaliknya.
Perjanjian tanda momen ini berlaku untuk perhitungan-perhitungan selanjutnya
didalam penurunan rumus. Besarnya momen-momen koreksi Dmab Dmba
dapat diturunkan berdasarkan prinsip persamaan perputaran sudut sebagai berikut
:
Permsamaan (1-2)
tersebut diatas adalah persamaan yang sudah cukup dikenal dalam setiap
textbooks mekanika teknik, yang kemudian persamaan ini oleh takabeya
disederhanakan lagi sebagaimana yang akan ditunjukkan nanti dalam
persamaan-persamaan (1-4) dan (1-5).
Dengan demikian dari persamaan (1-3) dan (1-2) diperoleh :
Persamaan (1-3)
tersebut oleh takabeya disederhanakan menjadi :
Bila :
Dimana :
K adalah suatu harga
konstanta kekakuan (bukan faktor kekakuan seperti Kab). K berdimensi
m3 ditentukan sembarang, sehingga m dan berdimensi sebagai momen yaitu ton.m.
Ma disebut momen parsil akibat
perputaran sudut fa, selanjutnya disebut momen rotasi dititik
a.
Mb disebut momen parsil akibat
perputaran sudut fa, selanjutnya disebut momen rotasi dititik
b.
disebut momen parsil akibat pergeseran titik
b relatif terhadap titik a sejauh Vab, selanjutnya disebut momen-momen displasement dari batang a-b.
Persamaan dasar (1-4) tersebut diatas adalah persamaan dasar yang akan
digunakan untuk menurunkan rumus-rumus pada metode takabeya.
2.2.2.1.2. Portal Dengan Titik Kumpul Yang Tetap
Portal dengan titik
kumpul yang tetap dimaksudkan bahwa pada tiap-tiap titik kumpulnya hanya
terjadi perputaran sudut, tidak terjadi pergeseran. Ini terjadi pada portal
dimana baik balok maupun kolom-kolomnya disokong oleh perletakan, namun bisa
juga terjadi pada portal yang baloknya tidak disokong oleh perletakan tetapi
pada portal symetris, baik angka-angka kekakuan maupun pembebananya.
I. Penurunan Rumus
II.1 Keadaan Umum
Persamaan dasar (1-4)
pada portal seperti pada Gambar II.I diatas dimana titik-titik kumpulnya
adalah tetap, tidak terjadi pergeseran, maka harga pada
persamaan dasar tersebut adalah = 0. Lihat persamaan (1-5), ab = 0,. Kita tinjau pada titik kumpul a :
Memberikan :
Dari persamaan
(II-I) dan (II-2), didapat :
Jika :
Maka persamaan
(II-3) dapat dituliskan menjadi :
Dimana :
Diagram pada persamaan(II-5) dituliskan untuk memperlihatkan hubungan g dan m pada
masing-masing ujung batang dititik kumpul a. Persamaan (II-5) tersbut diatas
disebut persamaan momen rotasi pada titik kumpul a.
Dengan jalan yang sama, pada titik-titik kumpul yang lainnya juga dapat
diturunkan persamaan-persamaan momen rotasi seperti pers. (II-5), dimana indeks
pertama diganti dengan titik kumpul tab. Dan indeks kedua diganti dengan titik
kumpul yang berada diseberangnya.
Langkah perhitungan dilakukan dengan pendekatan, yaitu pertama pada waktu
meninjau/menghitung pada satu titik kumpul misalnya disini titik a, menganggap
pada titik kumpul yang lain yang berseberangan dengan titik a, yaitu titik
b,c,d dan e belum terjadi perputaran sudut, artinya fb = fc = fd = fe = 0, dengan
demikian berdasarkan persamaan (1-5) , mb = mc = md = me = 0,
dan didapat persamaan momen rotasi pada titik kumpul a, yaitu persamaan (II-5)
menjadi :
Dengan jalan yang sama, pada waktu meninjau/menghitung titik-titik kumpul
yang lain, yaitu titik b,c,d, dan e juga didapatkan :
Langkah selanjutnya (disebut langkah pertama), mensubtitusikan
harga-harga m(0) yang berada diseberang titik a tersebut pada
persamaan (II-5) kembali untuk mendapatkan harga yang disebut m(1)
sbb :
Langkah perhitungan selanjutnya dilakukan dengan mensubtitusikan lagi
harga ma(n) kedalam persamaan (II-5) tsb, dimana ruas
kanan persamaan, suku pertama adalah ma(0) dan suku kedua
m(n) (dengan catatan di titik kumpul yang lain juga dilakukan hal
yang serupa pada setiap langkah yang bersangkutan) untuk mendapatkan harga m(n+1)
Langkah-langkah perhitungan terus
dilakukan hingga mendapatkan hasil yang konvergen, artinya didapat hasil yang
sama pada keadaan berurutan, yaitu misalnya m(n+1) = m(n)
pada masing-masing titik kumpul.
Dengan dicapainya hasil konvergen pada masing-masing titik kumpul, telah
tercapai keadaan yang sebenarnya, yaitu pada masing-masing titik kumpul tsb.
Telah terjadi perputaran sudut.
Setelah pemberesan langkah-langkah perhitungan momen parsil ini mencapai
hasil konvergen (hasil yang tepat),
maka untuk mendapatkan besarnya momen akhir (design momen), hasil momen-momen
parsil ini dikembalikan pada persamaan (II-1), yaitu : (dimisalkan hasil
konvergensi dicapai pada langkah ke -5 )
Biasanya didalam praktek perhitungan tidaklah perlu dicapai hingga hasil
konvergensi yang tepat, cukup dengan koreksi apabila misalnya jumlah
momen-momen design pada titik kumpul ini tidak sama dengan nol, misalnya = DM, maka selisih DM ini diratakan
saja sebanding dengan angka kekakuan masing-masing batang pada titik kumpul
tsb, yaitu ;
(dimisalkan langkah
ke – 3 baru mendekati hasil konvergensi)
0 komentar:
Posting Komentar