Rabu, 24 Februari 2016

PERANCANGAN BANGUNAN STRUKTUR

PERANCANGAN BANGUNAN STRUKTUR

Struktur
Pengertian Struktur
Kata Struktur berarti suatu susunan yang diatur dengan mengikuti suatu cara tertentu. Struktur berarti bagian-bagian pokok bangunan yang tersusun menjadi kekokohan bangunan yang menentukan. Pada bangunan, kita telah mengenal struktur dengan sistem susunan batu, system rangka dengan tiang dan balok, dan system dinding pemikul.
Maka struktur adalah himpunan atau kumpulan elemen-elemen yang tersusun secara teratur, yang berfungsi untuk memikul dan meneruskan beban-beban yang ditanggungnya dengan aman ke tanah.

Elemen Struktur
Elemen Struktur adalah bagian dari strukutr yang memiliki fungsinya masing-masing. Berdasarkan fungsi beban yang dipikul, elemen struktur dibedakan menjadi 2, yaitu :
Kolom adalah elemen struktur yang berfungsi untuk mendukung bebean aksial tekan.
Balok dan Plat adalah elemen struktur lentur.

 Jenis-jenis Struktur
Berdasarkan penyelesaian persamaan keseimbangan gaya, jenis struktur dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Struktur Statis Tertentu (Determinate Struktur).
Struktur-struktur yang keseimbangan gayanya dapat disebabkan dengan menggunakan persamaan keseimbangan statis.
Struktur Statis Tak Tentu (Indeterminate Struktur)
Struktur-struktur yang keseimbangan gaya tidak dapat diselesaikan hanya berdasarkan pada persamaan keseimbangan statis.
Tujuan Perencanaan Struktur
Dalam perencanaan suatu struktur, banyak hal yang harus diperhatikan sebagai bahan masukan, pertimbangan dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu hasil yang maksimal. Berikut dibawah ini adalah kriteria yang harus diperhatikan dalam perancangan suatu struktur.
Pengaturan ruang, batang, harus memenuhi kebutuhan pemakaian sehingga struktur tersebut dapat selaras dan sesuai dengan estetika dan lingkungan.
Dalam perencanaan, biaya total tidak boleh melebihi anggaran dari owner sebagai pemilik.
Desain struktur diusahakan tidak terlalu rumit, sehingga memudahkan dalam proses pemeliharaannya.
Struktur harus kuat dan dapat menerima semua kombinasi beban dengan aman dan juga pada struktur balok tidak boleh terjadi lendutan, terangkatnya struktur, bergetar dan retak yang dapat mengganggu fungsi dari bangunan tersebut.

Proses Desain Struktur
Dalam perencanaan suatu struktur, proses desain adalah proses terjadinya pengambilan keputusan yang sifatnya berurutan berulang dan terpola yang sangat berpengaruh kepada hasil yang akan dicapai. Adapun tahap-tahap dalam proses desain struktur adalah sebagai berikut :
Semua struktur ataupun bangunan yang akan dibangun harus sesuai dengan kebutuhan pemilik, fungsi, estetika, anggaran dan waktu penyelesaian.
Pengembangan konsep proyek didasarkan kepada kebutuhan dan prioritas pemilik dalam anggaran pembangunan, sehingga pemilihan elemen struktur dapat disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Konsep struktur yang dipilih dan direncanakan, haruslah didasarkan kepada analisis struktur dalam menghitung dan menentukan harga momen, gaya geser, gaya aksial, dalam struktur, berdasarkan analisis dengan ilmu mekanika untuk bangunan, sehingga dalam proses merancang elemen struktur dapat disesuaikan dengan hasil perhitungan mekanika dan kebutuhan elemen struktur tersebut, sehingga mengarah kepada perencanaan yang berkualitas, efisien dan ekonomis sesuai dengan spesifikasi yang dipakai.

Kondisi Batas Struktur
Kondisi batas struktur atau elemen struktur adalah kondisi dimana struktur atau elemen struktur telah mencapai kondisi batas tertinggi untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Kondisi batas struktur dalam struktur beton bertulang, dibagi menjadi tiga hal  mendasar dan sangat penting yang berpengaruh sangat besar terhadap kekuatan dan kemampuan struktur, yaitu :
Kondisi batas ultimit
Kondisi batas ultimit adalah kondisi batas yang menyebabkan terjadinya keruntuhan sebagian atau keseluruhan dari struktur atau collapse.
Kondisi batas kelayanan
Kondisi batas kelayanan adalah kondisi yang meliputi terganggunya fungsi struktur, tetapi tidak menyebabkan terjadinya keruntuhan struktur.
Kondisi batas khusus
Kondisi batas khusus adalah kondisi akibat kerusakan atau kegagalan pembebanan yang sifatnya abnormal atau diluar dari prediksi dan jangkauan kemampuan manusia yang dapat disebebkan oleh alam.
 
Keamanan Struktur
Dalam perencanaan struktur, selain hal-hal yang sudah disebutkan di atas ada beberapa faktor penting lainnya yang juga perlu untuk diperhatikan dalam perencanaan sebuah struktur secara umum, diantaranya adalah pengaruh faktor beban, pengaruh faktor keamanan, dan pengaruh faktor kekuatan bahan.
Adapun faktor-faktor lain yang seringkali luput dari perhatian pihak pelaksana di lapangan karena situasi dan kondisi yang ada di lapngan serta faktor-faktor lain yang terjadi dan dilakukan baik secara sengaja ataupun tidak sengaja, sebagau berikut :
Ketidakpastian kekuatan bahan.
Ketidakpastian akibat beban-beban.
Tingkat keruntuhan.

Kerusakan Struktur
Kerusakan pada suatu struktur dapat disebabkan oleh kesalahan perancangan ataupun akibat bencana alam. Kerusakan yang disebabkan oleh kesalahan dalam perancangan merupakan sebuah kesalahan dan kekeliruan yang besar sehingga perlu diminimalisasi dengan pemahaman yang cukup baik terhadap fungsi, bentuk dan tujuan dari struktur yang dibuat. Sedangkan kerusakan pada suatu struktur akibat bencana alam memang tidak dapat dicegah namun dapat diminimalisasi dengan mengaplikasikan semua komponen beban yang disebabkan oleh alam sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan struktur dalam kondisi yang parah.

Dasar Analisis Dan Desain Struktur
Analisis Struktur
Analsis Struktur bukan merupakan tahapan akhir dalam sebuah proses perancangan, tetapi merupakan alat yang digunakan untuk mendukung proses perancangan dari sebuah struktur. Tujuan utama dari analisis struktur adalah untuk membantu dalam membuat keputusan-leputusan penting dalam proses perancangan struktur. Pada umumnya hasil dari suatu proses analisa struktur pada sebuah struktur yang menerima beban yang bekerja, adalah berupa respon struktur tersebut yang berbentuk perubahan posisi elemen-elemen struktur berupa gaya aksial, gaya geser, momen lentur, dan momen torsi.
Dalam analisis dan perancangan struktur ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode elastis dan metode plastis (inelastis). Kedua metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan serta tujuan tersendiri dalam penggunaannya. Dalam analisis struktur ini, hanya akan dibahas analisis struktur metode elastis untuk struktur-struktur sederhana dengan konsep dasar analisis struktur yang dibatasi untuk struktur dalam bidang (planar syste ), sedangkan untuk analisis struktur tiga dimensi ataus struktur ruang, memiliki konsep dasar yang sama etapi dengan perhitunagn numerik yang lebih komplek.

Kestabilan Struktur
Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah dengan menjamin adanya kestabilan pada segala kondisi pembebanan yang mungkin. Semua struktur mengalami perubahan bentuk tertentu apanila dibebani. Pada struktur stabil, deformasi yang diakibatkan oleh beban pada umumnya kecil, dan gaya internal yang timbul di dalam struktur mempunyai kecendrungan mengembalikan bentuk struktur ke bentuk semula apabila bebannya dihilangkan. Pada struktur tidak stabil, tidak memberikan gaya-gaya internal yang mempunyai kecendrungan mengembalikan struktur ke bentuk semula. Struktur yang tidak stabil mudah mengalami collapse (runtuh) secara menyeluruh dan seketika begitu dibebani. Tanggung jawab perencana strukturlah untuk menjamin struktur yang tidak membentuk konfigurasi yang stabil.

Gaya Dalam Struktur
Ada Dua gaya internal yang timbul di dalam struktur sebagai aksi gaya eksternal, yaitu tarik dan tekan. Apabila system gaya eksternal bener-bener bekerja disepanjang sumbu memanjang batang, maka akan timbul gaya tekan atau tarik merata di dalam batang, Bergantung pada gaya luar yang bekerja. Aksi umum gaya-gaya ini mentebabkan terputusnya atau hancurnya material, bergantung pada apakah gaya yang ada berupa tarik atau tekan.
Ada jenis keadaan gaya lain yang melibatkan kombinasi gaya tarik dan tekan internal. Apabila suatu elemen struktur memikul beban eksternal yang bekerja transversal terhadap sumbu memanjang elemen tersebut, aksi gaya-gaya eksternal yang menyebebkan terjadinya lenturan. Dengan demikian adanya gaya tarik dan tekan internal pada penampang yang sama disebut momen lentur (bending), elemen struktur ini yang mengalami lentur umumnya disebut balok.

Batang tarik
Batang tekan panjang : fenomena tekuk (buckling)
Balok yang mengalami lentur; dalam keadaan melendut.
Tepi atas mengalami tekan dan tepi bawah mengalami tarik
Batang tekan pendek
   
Prinsip Desain Umum
Pengenalan adanya perbedaan kapasitas pikul beban suatu elemen struktur terhadap tarik, tekan, dan lentur adalah hal mendasar dalam merencanakan struktur yang efisien. Tujuan umum desain structural sering kali berupa minimasi lentur pada struktur. Teknik untuk melakukan hal ini sangat bervariasi, tetapi prinsipnya selalu sama. Tujuan desain lainnya adalah minimasi penggunaan batang tekan panjang. Elemen yang lebih diinginkan adalh elemen struktur tarik murni atau elemen struktur tekan pendek. Prinsip desain lainnya adalah keseuaian jenis keadaan gaya yang ada dan pemilihan material yang cocok sehingga karakteristik material dapat dimanfaatkan dengan baik..

Pembebanan pada struktur
Bentuk Beban
Faktor beban merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perhitungan analisis ataupun perancangan sebuah struktur. Dalam peraturan untuk struktur baja dan beton dan jembatan, sudah menggunakan metode ultimit untuk analisis dan perancangan, sedangkan analisis dan perancangan dengan metode elastis hanya sebagai pilihan saja. Pada dasarnya agar suatu struktur dan komponen dapat memenuhi syarat-syarat keamanan dan kelayakan pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban yang ada, maka harus diperhitungkan faktor-faktor beben tersebut, sesuai dengan sifat dan kebutuhan dari setiap faktor-faktor tersebut, sehingga untuk setiap perhitungan faktor beban, mempunyai persamaan tersendiri sesuai dengan Starndar Nasional Indonesia yang telah ditetapkan.
Secara umum struktur disebut sebagai himpunan dari elemen-elemen bahan yang berfungsi menyalurkan beban dan gaya dengan aman, sehingga dalam proses perencanaan suatu struktur, perhitungan akan kombinasi beban dan gaya yang bekerja dalam suatu struktur menjadi hal yang sangat penting. Adapun jenis-jenis beban yang bekerja pada struktur sesuai dengan jenis dan fungsi struktur, antara lain :

Beban Mati (dead loads).
Beban yang merupakan berat sendiri dari suatu struktur atau elemen-elemen struktur yang sifatnya tetap dan merupakan bagian yang terpisah dari struktur tersebut, termasuk segala unsur-unsur yang ada di dalamnya.
Beban Hidup (live loads).
Beban yang sifatnya tidak tetap dan dapat berherak yang teerjadi akibat kegiatan penghunian atau penggunaan suatu struktur atau bangunan yang di dalamnya termasuk beban-beban yang disebabkan oleh barang-barang yang dapat berpindah-pindah atau dapat bergerak seperti beban kendaraan pada strktur jembatan.
Beban angin (wind loads).
Beban yang bekerja pada suatu struktur atau gedung yang diakibatkan oleh tekanan ataupun pergerakan udara.
Beban gempa (earthquake loads).
Beban yang terjadi akibat adanya pergerakan tanah yang disebabkan oleh gempa yang bersifat lateral. Selain itu beban gempa menghasilkan goyangan terhadap struktur arah lateral.
Beban tekanan (preassure loads).
Beban yang dapat dihasilkan oleh adanya tekanan udara, gas, air, dan tanah. Pada umumnya penggunaan perhitungan terhadap beban tekanan hanya pada struktur tertentu disesuaikan dengan letak, fungsi dari kondisi struktur tersebut.
Beban Khusus (special loads).
Beban yang terjadi akibat perbedaan suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi (settlement), susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem, gaya sentrifugal, gaya dinamis akibat mesin-mesin dan pengaruh khusus lainnya.
Dalam perhitungan suatu komponen struktur untuk suatu keperluan perencanaan, sangat perlu untuk mengikuti langkah-langkah dan ketentuan yang sudah ditetapkan, hal ini dimaksudkan guna mencapai suatu hasil yang maksimal dan memenuhi standar sesuai dengan faktor keamanan yang sudah ditetapkan.



Idealisasi Bentuk Beban
Dalam idealisasi dan perhitungan struktur, terdapat bermacam-macam bentuk beban yang merupakan idealisasi dari faktor beban yang ada di sekitar kita. Komponen beban yang ada di sekitar kita tersebut, kemudian diformulasikan dalam bentuk-bentuk beban untuk mempermudah proses perhitungan dan distribusinya dalam analisis struktur. Adapun bentuk-bentuk beban, antara lain :
Beban Titik.
Beban titik atau beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi pada satu titik atau satu area. Contohnya : beban roda, beban manusia.
Beban terbagi merata.
Beban terbagi merata adalah beban yang terdistribusi secara merata sepanjang batang. Contohnya : berat sendiri struktur.
Beban Segitiga.
Beban segitiga adalah beban yang berbentuk segitiga. Contoohnya : penyebaran beban pada plat lantai.
Beban Trapesium
Beban trapesium adalah beban yang berbentuk trapesium. Contohnya : penyebaran beban pada plat lantai.
Beban merata yang besarnya berubah-ubah pada setiap titik.
  1. Beban titik
Beban merata yang besernya berubah-ubah pada setiap titik dalam fungsi jarak.

  1. Beban terbagi rata
  1. Beban trapesium
Gambar 2.2 Idealisasi Bentuk Beban
  1. Beban merata yang besarnya berubah-ubah
  1. Beban segitiga
 
Pembebanan Untuk Struktur Beton
Terhadap kombinasi beban terfaktor dan gaya geser terfaktor yang terjadi, maka dalam RSNI 03-2847-2002 disebutkan bahwa struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang bekerja pada struktur, sesuai dengan ketentuan SNI 03-2847-2002. Selain itu, komponen struktur harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang sudah ditetapkan, sehingga dapat menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik pada tingkat beban kerja.

Beban Nominal
Beban hidup nominal yang bekerja pada struktur gedung adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung tersebut, bik akibat beban yang berasal dari orang maupun dari barang yang berpindah atau mesin dan peralatan serta komponen yang tidak merupakan bagian dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian rupa sehingga probabilitasuntuk dilampuinya dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu persentase tertentu. Namun demikian, beban hidup rencana yang biasa ditetapkan dalam standar-standar pembebanan strutktur gedung, dapat dianggap sebagai beban hidup nominal. Sedangkan, beban mati nominal adalah beban yang berasal dari sekat pemisah, kolom, balok, lantai, atap, mesin dan peralatan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian rupa sehingga probabilitas untuk dilampuinya dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu persentase tertentu. Namun demikian, beban mati rencana yang biasa ditetapkan dalam standar-standar pembebanan struktur yang berlaku, dapat dianggap beban mati nominal.
Berdasarkan SNI 03-1727 1989 tentang Tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung, bahwa bahan bangunan atau komponen-komponen struktur mempunyai harga-harga tersendiri seperti yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini.


Tabel 2.1 Berat sendiri bahan bangunan
Bahan Bangunan
Berat Isi

Baja                                  
7850 kg/m3

Batu alam
2600 kg/m3

Batu belah, batu bulat, batu gunung
1500 kg/m3

Batu karang
0700 kg/m3

Batu pecah
1450 kg/m3

Besi tuang
7250 kg/m3

Beton
2200 kg/m3

Beton bertulang
2400 kg/m3
Kayu kelas I
1000 kg/m3
Kerikil, koral kering udara sampai lembab
1650 kg/m3
Pasangan batu merah
1700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung
2200 kg/m3
Pasangan batu cetak
2200 kg/m3
Pasangan batu karang
1450 kg/m3
Pasir kering udara sampai lembab
1600 kg/m3
Pasir jenuh air
1800 kg/m3
Pasir koral, kerikil kering udara sampai lembab
1850 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau kering udara sampai lembab
1700 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau basah
2000 kg/m3
Timah hitam
11400 kg/m3
Tabel 2.2 Berat sendiri komponen gedung
Bahan Bangunan
Berat
Adukan per cm tebal dari semen
21 kg/m2
Adukan per cm tebal dari kapur, semen merah, tras
17 kg/m2
Aspal, bahan-bahan mineral penambah per cm tebal
14 kg/m2
Dinding pasangan bata merah tebal 1 bata
450 kg/m2
Dinding pasangan bata merah tebal 0,5 bata
250 kg/m2
Tabel 2.3 Beban hidup pada struktur
Point
Bahan Bangunan
Berat
a
Lantai dan tangga rumah tinggal kecuali yang disebut dalam point b.
250 kg/m2
b
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan  gudang-gudang tidak penting bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.
125 kg/m2
c
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit.
250 kg/m2
d
Lantai ruang olah raga
400 kg/m2
e
Lantai ruang dansa
500 kg/m2
f
Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop, panggung penonton dengan tempat duduk tetap.
400 kg/m2
g
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau penonton berdiri.
500 kg/m2
h
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c.
300 kg/m2
i
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g.
500 kg/m2
j
Lantai dari ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g.
250 kg/m2
k
Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan dengan beban hidup yang tersendiri dengan nilai minimum.
400 kg/m2
l
Lantai gedung parkir bertingkat untuk lantai bawah
Lantai gedung parkir bertingkat untuk tingkat selanjutnya
800 kg/m2
400 kg/m2
m
Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan dengan nilai minimum.
300 kg/m2


Kuat Perlu
Agar suatu struktur dan komponen dapat memenuhi syarat-syarat keamanan dan kelayakan pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban yang ada, maka harus diperhitungkan faktor-faktor beban tersebut, sehingga untuk setiap perhitungan faktor beban, mempunyai persamaan tersendiri sesuai dengan SNI 03-2847-2002. Adapun persamaan tersebut yaitu :
Ket :
D : beban mati
L : beban hidup
A : beban atap
R : beban hujan
E : beban gempa
F : beban tekana fluida
T : perubahan suhu, penurunan pondasi dangkal, rangkak, susut, ekspansi beton
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5(A atau R)
U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + 0,5(A atau R)
U = 0,9 D + 1,6 W
U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
U = 0,9 D + 1,0 E
U = 1,4 (D + F)
U = 1,2 (D + T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R)

Kuat Rencana
Kuat Rencana atau kuat ranang yang dipakai adalah dengan mengambil nilai kuat rancang yang tersedia pada suatu komponen struktur sambungan denagn komponen struktur yang lain ataupun terhadap penampangnya dengan kriteria lentur, beban normal, geser atau torsi yang diambil sebagai kekuatan nominal yang dikalikan dengan nilai fakor reduksi kekuatan (ะค). Besarnya nilai kuat rencana dan faktor reduksi kekuatan ditentukan dalam RSNI 03-2847-2002. Adapun nilai dari faktor reduksi yaitu :
Lentur , tanpa beban aksial
0,80
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur

Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :
Komponen struktur dengan tulangan spiral.
Komponen struktur lainnya.

0,7
0,65
Geser dan torsi
Struktur yang bergantung pada system rangka pemikul momen khusus atau system dinding khusus untuk menahan pengaruh gempa :
Faktor reduksi untuk geser pada komponen struktur yang menahan gempa yang kuat geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya geser yang timbul sehubungan dengan pengembangan kuat lentur nominalnya.
Faktor reduksi untuk geser pada diafragma tidak boleh melebihi faktor reduksi minimum untuk geser yang digunakan pada komponen vertical dari system pemikul beben lateral
Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai yang diberi tulangan diagonal
0,75


0,55






0,8
Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah pengangkuran pasca tarik
0,65
Daerah pengangkuran pasca tarik
0,85
Penampangan lentur tanpa beban aksial pada komponen struktur pratarik dimana panjang penanaman strand-nya kurang dari panjang penyaluran yang ditetapkan
0,75
Faktor reduksi kekuatan untuk lentur, tekan, geser, dan tumpu pada beton polos structural harus diambil sebesar.
0,75
Sumber : SNI 03-2847-2002
Tabel 2.4 Nilai Reduksi

Distribusi Beban Dari Pelat
Metode amplop
Perhitungan pembebanan dilakukan dengan asumsi bahwa struktur yang ditinjsu hsrus dapat menahan semua beban yang bekerja pada struktur, sesuai dengan keadaan dan kondisi lapangan dimana struktur tersebut akan dibangun. Dalam perhitungan pembebanan, terlebih dahulu harus diasumsikan apakah pelat lantai tersebut merupakan pelat searah ataupun merupakan pelat dua arah, sehingga dapat ditentukan metode yang digunakan dalam penyebaran beban.
Untuk menghitung reaksi-reaksi sebuah pelat dapat menggunakan rumus :
 


Dengan mempertimbangankan bahwa beban-beban bekerja pada bagian kanan balok dari L = 0 akan menghasilkan reaksi kanan R (dan sama untuk bagian sebelah kiri).


Gambar 1.3 Reaksi perletakan pada plat
 


















Dilihat dari lendutan maksimum dalam pelat yang dibebani merata dapat dilihat bahwa bentuknya mendekati satu dari atap yang dibalik.
Plat berbentuk persegi
Plat berbentuk persegi panjang

Kemudian beban dialirkan ke bagian tepi, sehingga akan terbentuk beban segitiga dan beban trapesium. Metode ini disebut juga envelopes method atau metode amplop.

Perhitungan q Ekuivalen
Setelah mendapatkan bentuk beban segitiga atau beban trapesium, dilanjutkan dengan perhitungan q ekuivalen. Yang dimaksud dengan q ekuivalen adalah nilai dari tinggi beban merata yang merupakan hasil dari peleburan beban segitiga atau beban trapesium, yang kemudian dikalikan dengan beban ultimit (Wu) sehingga didapat beban merata per meter (q).


Beban-Beban Lateral
Beban Angin
Beban angina berasal dari tekanan angina dengan kecepatan tertentu terhadap permukaan bangunan. Perhitungan beban angin digunakan metode papan catur, yaitu dengan mencari luasan area yang diterpa oleh angin yang dibebankan pada portal tepatnya pada joint atau nodal tempat bekerjanya beban angin.

Momen Primer
Momen Primer adalah momen yang timbul akibat adanya kombinasi pembebanan beban mati dan beban hidup yang bekerja pada konstruksi. Sedangkan untuk beban angin tidak diperhitungkann dalam momen primer. Nilai momen primer disesuaikan dengan kondisi misalnya perletakan seperti jepit sendi, jepit-jepit, dan harus diperhatikan pola pembebanan simetris atau tidak simetris dan lain sebagainya. Adapun macam-macam dari momen primer yang biasa dijumpai dalam bidang teknik sipil :
 

0 komentar:

Posting Komentar

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut